$type=ticker$count=12$cols=4$cate=0

cerpen

Malam Toleransi Terlihat malam sudah mulai menguasai sore, terasa gelap tapi disekeliling masih banyak sekali orang-orang yan...


Malam Toleransi







Terlihat malam sudah mulai menguasai sore, terasa gelap tapi disekeliling masih banyak sekali orang-orang yang pergi kemasjid, katanya si itu hari romadhon. Terlihat beberapa orang bermain petasan di depan masjid dari yang kecil sampai yang besar semuanya ada lengkap untuk menyambut bulan itu. 
Malam itu Nampak menjadi malam yang spesial bagi umat muslim, banyak sekali petasan-petasan yang berterbangan ke atas langit yang gelap seranya Nampak indah dihiasi petasan yang berterbangan warna merah kuning hijau pun Nampak menghiasi panorama keindahan dimalam itu. Ini sudah menjadi pesta tahunan didaerah pecinan walaupun ini sebenarnya perayaan bagi umat muslim disini sudah menjadi hal yang biasa jika warga non muslim juga banyak yang mengrumuni. seakan ini memang pesta bersama tak ada sikap sinisme di kalangan ini, inilah gambaran keakuran di tempat ini.
Pukul 09;00 pm pesta penyambutan hari romadhonpun kelar warga-warga sekitarpun mulai beranjak pulang ke rumah dan ada juga yang menuju masjid untuk membaca Al Quran, tapi tidak dengan aku dan juga satu sahabatku yang bernama dafi, kita mempunyai jadwal sendiri seperti biasa kita mampir dulu ke KFC (kucingan food center) yang berada disamping masjid, terlihat ramai sekali akupun sembari mencari tempat duduk tapi  malang nasib menimpa kita pada malam itu, kucoba tengok kanan kiri depan belakang tapi memang tempatnya penuh semua, ya sudahlah dengan terpaksa kami bungkus aja lah, setelah itu kami menyantap tu makanan di depan masjid sambil menikmati nestapa bau sate kambing hemm sedap.
Tidak terasa waktu seranya berputar dengan kecepan tinggi sehingga terasa singkat sekali rasa nikmat kemesraan diantara kami, maklumlah sudah lama kami menjadi saudara walupun kami beda kepercayaan, jadi setiap ada peranyaan dari umat muslim maupun non muslim itu sudah menjadi peranyaan bersama di daerah ini.
Akupun kembali ke gubug tuaku yang berada di sebelah gereja, orang tuaku adalah ketua yayasan gereja santo jadinya otomotis rumahku juga tidak jauh dari lokasi gereja, akupun harus berpisah dengan sahabatku ini, kata dia malam ini ingin tidur dimasjid, sahabatku ini memang seorang muslim yang sangat taat, setiap bulan puasa dia pasti pulang pagi-pagi terus kata dia si membaca Al Quran, tapi entahlah aku tidak mau masuk terlalu dalam di hal itu.
Pagipun mulai menggantikan malam seraya terdengar bunyi ayam yang berkokok mulai membangunkan keluargaku, seperti biasa kami langsng menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke warung ayahku, setelah semuanya siap ayah dan ibu pergi duluan ke warung, sementara aku mandi dulu dan menyiapkan makanan untuk adiku, jam 06;00 aku harus membangunkan adik aku yang memang masih kecil, setelah semunya siap aku bergegas mengantarkan adik aku ke sekolahan santo Michael yang berada disebrang perbatasan desa pecinan dengan kauman.
Setelah misi aku tuntas mengantarkan adik sampai sekolahan akupun bergegas pulang karna aku harus menonton film kartun kesukaanku terlebih dahulu sebelum menyusul ayah dan ibu, setelah lekas menonton film kartun kesukaanku baru aku ke warung kira-kira jam 9 aku menuju ke sana,entah kenapa hati ini terasa gusar ingin segera menyusul ayah dan ibu, jam sudah menandakan 08:55 aku harus bergegas dan menyiapkan barang yang harus aku bawa.
Jam 09:00 tepat aku pergi dari rumah menyusul ayah dan ibu kewarung terlihat ada sesuatu yang aneh ketika aku sampai dikawasan warung ayah berjualan, terlihat banyak sekali warung-warung yang berantakan, aku toleh kanan kiri terlihat sama aku semakin penasaran melihat lusuh tangis para semua penjaga warung yang hari itu berjualan, rasa penasaranpun semakin bertambah, aku tambah kecepatan motor  yang aku kendarai ini untuk cepat-cepat melihat keadaan warung ayah.
Dari kejauhan Nampak banyak kerumunan orang berbaju putih dengan memakai pecis dan surban di warung ayahku, seratus mungkin lebih Nampak berada di depan warung ayahku dan sebagian ada yang masuk ke dalam warung, aku hentikan motorku sejenak sambil melihat dari kejahuan apa yang terjadi disana, aku agak curiga karna banyak sekali orang-orang yang membawa senjata berada disitu .
Tidak lama kemudian salah satu dari mereka memecah kaca warung ayahku terlihat ibuku keluar dengan tangis disusul ayah aku yang terlihat di jidadnya sudah banyak terlumuri darah. Ibu dan ayahpun sekuat mungkin menyelamatkan barang-barang yang bisa diselamatkan, aku segera menyusul kedua orang tuaku itu dengan membawa bambu di tanganku, aku tidak terima apa yang dilakukan meraka ke orang tuaku, sesekali aku menganyunkan bambuku ini kepada meraka namun usahaku itu percuma, mereka kembali menyerangku tak terhitung barang tumpul yang dibawa mereka mendarat di tubuhku.
Dan saat itu hanya tangis dendam yang bisa kami lakukan, mereka satu persatu pergi entah kemana tak ada pesan atau kata apa salah kami, aku tak tega melihat kedua orang tuaku seperti itu sungguh tak terima, gumpalan dendam kepada orang muslim saat itu mulai tertanam setelah apa yang mereka lakukan kepada kami.
“nak nanti kalau adikmu bertanya tentang keadaan kita tolong jawab kita habis jatuh dari      motornya “ kata ayahku dengan nada lirih,aku melihat raut muka ayah yang berlumur darah seakan tak tega memandangnya, aku coba alihkan perhatian mataku ini ke ibuku trnyata sama terlihat pucat wajahnya, seketika penyakit asma’ yang diderita ibu kambul. Aku menoleh keayah ternyata ayahku juga sudah pingsan, aku yang saat itu sudah tek mampu lagi untuk menggerakan badan hanya bisa bertriak meminta pertolongan.
Seketika mata ini membuka melihat banyak tubuhku sudah banyak yang diperban, aku melihat sahabatku dafi dengan adik aku yang masih memakai baju sragam sekolah yang dia pakai tadi pagi, mereka tertidur di kursi dekat tempat tidurku ini, aku menoleh kekanan terlihat ayah masih tertidur dan juga hampir sama sepertiku banyak sekali perban yang menyelimuti badannya.
Tubuh ini terasa kaku tak bisa digerakan, aku panggil sahabtku dengan lirih karna takmampu bicara keras terasa ada yang mengganjal di tnggorokan ini  “daf dafi” ku panggil dia berkali-kali, tapi suaraku ini tetap tak terdengar oleh sahabatku ini. Akupun menggerakkan kakiku yang kebetulan tangan dafi memegang kakiku waktu itu. Aku ,mencoba menggerakannya walupun memang tersa berat. namun akhirnya usahaku itu tidak sia-sia, akhirnya dafi bangun dan terlihat raut muka dia lega karna aku mulai sadar.
Aku Tanya kepada dafi “ dimana ibu aku?”, “sudahlah ibu kamu sudah ada yang ngurusin og bentar lagi pasti sembuh, yang penting kamu istirahat dulu biar cepat sembuh”. Ucap dafi dengan nada yang agak halus karna saat itu adik aku sedang tidur.
Aku terasa sedikit lega melihat perkataan dafi yang seperti itu. Aku lihat wajah adiku yang menurutku paling imut sedunia seakan tak tega karna aku tak bisa mengantarkanya kesekolah, tak bisa membangunkannya, menyiapkan makan pagi untuknya terasa sedih sekali melihat keadaanku yang seperti sekarang ini.
Setelah satu minggu di ruma sakit akhirnya kami bisa pulang kerumah lagi, satu minggu adiku menginap dirumah dafi setiap hari dafilah yang menggantikan peranku satu minggu itu, sementara ayah dan ibu dafi yan menggantikan ayah dan ibu selama satu minggu juga. Keluarga kami memang sudah sangat dekat jadi tak masalah jika adiku menginap dirumah dafi, karna dafi juga kadang sering banget nginep dirumah aku.
Setelah tiba dirumah rasa sakit hati ini masih terbawa rasa dendam yang selalu menyelimuti. Apa salah kami kepada mereka ?, kamipun selalu bertanya-tanya seperti itu karna memang kami tak tau salah kami apa, apa gara-gara kami jualan saat bulan romadhon yang menyebabkan mereka menghancurkan warung kami?. tak lama kemudian aku dan orang tuaku pergi kerumah dafi untuk meminta penjelasan siapakah yang menyerang kami pada waktu itu dan sekaligus bertrimakasih karna sudah banyak membantu keluarga kami, tapi ayah dafi enggan berkomentar lebih dalam tentang oramas itu, entah mengapa tapi kamipun juga tak bisa memaksanya untuk bicara.
Ayah dafi yang sebenernya ustadz kampong juga meminta maaf kepada kami dan menjelaskan karna kelakuan oramas yang mengatas namakan islam sebagai pijakanya itu sudah sewena-wena menghakimi kami. Dan sebenarnya ormas yang mengatas namakan islam itu tidak berasal dari daerah itu sendiri, tapi daerah lain entah dimana.
Melihat penjelasan ayah dafi yang seperti itu, rasa dendam itu sangat susah untuk dihilangan, setelah kejadian itu dikampung kami muncul gejolak sinisme antara umat islam dengan orang yang non islam, terasa keakuran yang dulu kami rasakan tidak Nampak kembali, karna terdapat rasa yang saling mencurigai diantara mereka.
Pada akhirnya kami harus pergi daru kampong tercinta itu, demi menghidari konflik yang semakin memanas,terasa berat perpisahan ini dengan sahabatku yang sangat baik ini, sebelum kami pergi kami lebih dulu berpamitan kerumah keluarga dafi, karna keluarga dafi sudah seperti keluarga kami sendiri.
Peluk tangis terjadi antara aku dan sahabatku ini, sahabatku ini mengucapakan kata lirih ke telingaku “jangan memusuhi aku ya, walaupun agamaku islam”, aku tercengang kaget mendengar kata dafi yang seperti itu”. Aku sumbari membalaskatanya “ aku tak akan memusuhimu dan juga umat muslim yang lainnya, karna yang melakukan itu bukanlah umat islam”.
Setelah itu dafi dan aku masing-masing mempunyai jalan sendiri dafi sebagai muslim yang taat dan aku sebagai umat nasrani yang taat pula, kami berjanji kalak kalau menjadi orang yang besar akan mendamaikan semuaitu dan tak akan melukai satu sama lain.
By: M Dafi Yusuf
                   
         

         
       

          

COMMENTS

Nama

artikel,1,cerpen,3,lifestyle,2,serba-serbi,4,
ltr
item
rumah kreasi: cerpen
cerpen
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRlGtjEZXgBKSr-g3wnJG7LUQFZ7r1KrRMvLVxhyphenhyphenzJIo4eDL49bwgJPFcFp-5nZ_1tWMbUPcJdgAvAOSGGYa768DRBx4YRBI80EchpH5AyP3I1oI-zPURsISldRd7rCEq_8ywr9aIFh2w/s1600/Idul-Fitri-386x290.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRlGtjEZXgBKSr-g3wnJG7LUQFZ7r1KrRMvLVxhyphenhyphenzJIo4eDL49bwgJPFcFp-5nZ_1tWMbUPcJdgAvAOSGGYa768DRBx4YRBI80EchpH5AyP3I1oI-zPURsISldRd7rCEq_8ywr9aIFh2w/s72-c/Idul-Fitri-386x290.jpg
rumah kreasi
http://asasdafi.blogspot.com/2014/11/cerpen_21.html
http://asasdafi.blogspot.com/
http://asasdafi.blogspot.com/
http://asasdafi.blogspot.com/2014/11/cerpen_21.html
true
6193078249961560207
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share. STEP 2: Click the link you shared to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy