“Jangan Kau Dekati Aku” Ketika kulitku ini masih membutakan Jika baju yang aku kenakan masih kau jadikan rujukan apabila harta yang...
“Jangan Kau Dekati Aku”
Ketika kulitku
ini masih membutakan
Jika baju yang
aku kenakan masih kau jadikan rujukan
apabila harta
yang aku punya kau jadikan alasan
buat apa kau
dekati aku jika hanya kau jadikan doktrin atas kemauan
jangan kau
dekat-dekat denganku
karna aku
hanyalah buram dan biru tidak merah ataupun putih
inilah aku yang masih
terusik uleh kekuasaan
inilah pagiku
yang tak seperti dulu
aku tetap
tersenyum tapi bukan senyuman berkedok sepertimu
inilah aku dan
itulah kamu
jangan kau campuri
kedekatan kita dengan warna kulit, baju maupun harta
yang sekarang
mulai membutakan mata
jangan kau
bohongi aku dengan senyuman dan sanjungan tanpa sebab
by: M dafi yusuf
"Sebagai korban"
Senja manis masih seprti biasa
Tak ada lagi tawa canda
Roh ini terasa sunyi sepi
tanpa arah
Menerjang fikir hanya sebatas
fenomena yang aku baca
Takmampu lagi medescripsikan
sebuah perjalanan hidup
Mimpi terasa berat yang aku pinggul
sendirian
Karna aku disini hanya
mendengar desusan-desusan kata tanpa arti
Terbang sesaat kuping
ini terasa tuli tak ada lagi kata yang berfaidah
Yang aku petik sebagai ilmu
tuk singgah dibumi
Yang ada hanyalah cerca maki
Tak ada lagi senyum diantara
meraka
Hidup bersama hanyalah
identitas loyalitas sesaat
Aku tak tau lagi mana figure
yang tepat di keluarga
Tak ada diskusi
Tak
ada rujukan diantara
mereka
Hidup terasa senyap
Hanyalah murka yang ada
Tak ada lagi pemimpin
Tak ada lagi komponenen
keluaga yang angkuh
Tuk menyangga hari-hari aku
ini
Aku hanya seperti batu bara
muda
Mempunyai mimpi tetapi tak ada
tempat ataupun teman tuk gapai semua ini
Aku disini sebagai korban
Yang hanya bisa menulis dan
mendescribsikan semua ini
by : Dafi
“Pemimpin Idaman negriku”
Nampak sebuah
jenaka yang penuh dengan irama
Menghapus hitam
yang ada didalam singgasana puluhan bahkan ratusan hingga ujung dunia
Dengan pedomanmu
kau perlihatkan karakter kepemimpinanmu
Dengan kejujuran
kau menyakinkan rakyatmu
Sekelumit harap
hati ingin kau hadir di dunia sekali lagi
Agar kau bisa
memimpin negaraku yang penuh iri dengki
Kekuasaan yang
membutakan hati
Harta yang yang
menyombongkan diri
Aku rindu
pemimpin yang seperti Rasulullah
Aku rindu
pemimpin seperti Abubakar, Uamar, Usman, Ali
Agar nanti anak
cucuku tidak dibungangkan dengan imam yang seperti siluman
By: dafi
“Kedok
siluman”
Ku
pandangi kau, bagai pangeran
Jadi
diponegoro pun takbisa, engko berlagak seperti pahlawan
Sudah
tau lankah kakimu tak gontai, masih saja kau tetap maju
Dasar
kau siluman
Kini
hasil kau tak di buih karna kenekatan
Tak
ada buah karna tak ada yang kau tanam
Kau
hanya peruntungkan uang
Demi
masa depan pribadi
Tau-tau
engkau sudah finish didepan
Menggrutu
menebar anyaman
Padahal
itu hanyalah harapan dan juga perfileman
Ehhh
tau-tau aku telah memilih siluman
Kukira
kau serius menjadi imam
Teryata
malah kau terjaebak oleh bujuk setan
Dasar
kau stradara ordebaru yang berlagak seperti pimpinan
Padahal
kau siluman
By : Dafi
“mengapa dia”
Retak
rapuh terasa
Tak
ada nahkoda dalam lelung jiwa
Sepah
menerka kala dia membuta
Hancur
hati x3
Hancur
hati ini semakin melera
Goda
amarah jiwapun mulai bersuara
Terkadang
inginku murka
Membantai
semua yang aku rasa
Meluangkan
nafsu di dalam jiwa
Merobek
wajah menghancurkan kesabaran
Di
dalalm raga
Kuat
tak kuat dialah rusuknya
Semoga
lekas luntur lara yang ada di dalam rerung jiwa
By: m.dafi yusuf
(jepara 7 april
2014)
“Krudung siluman”
Putih
anggun mata berbicara
Tapi
lusut kumuh di dalam jiwa
Kau
tutup aurot tapi membuka untuk pemangsa
Liat
tak liat mungkin ini hanya prasnagka
Jauh
memandang tak nampak dalamnya
Berkrudungpun
percuma
jika masih terliahat aurotnya
tatkala
buyar ketika kau membuka
mata
tak kuasa memendang
mlotot
mata beserta keris pusaka
tak
kuat ku menahan jika kau terus membuka
baju
tipis terlihat dalamanya
krudung
tipis terlihat rambut lurusnya
celana
ketat sedap bodinya
x
berpakaian
sewajarnya
berkrudung
sesuai tuntunannya
itulah
ciri orang muslim sebenarnya
by:
m dafi yusuf
“Buruh
comberan ”
Hembusan
langit siang buruh waktu itu
Nampak
takut raut di mukamu
Berbaris
seperti pasukan perang
Yang
menunggu perintah komandan
Dengus kencang nafasnya
Seperti
angkutan
Kerja
pagi sampai larut malam
Tapi gaji hanya cukup buat makan
Entah
besok atau kapan
Ketika
tua tubuh sudah meraja
Tak
lagi bisa kerja
Untukmu
yang biasa diskusi
Jangan
hanya memandang
Bicaralah
yang lantang
Jangan
mendadak menjadi binatang
Kau
ku pilih sebagai wakilku
Malah
kau sok autis dengan yang kau janjikan
Dasar
kau siluman
Buruh
juga punya hak
Kutunggu
kau di tahun depan
Perbaikilah
hak-hak kami
Publikan
hak kami
Jangan
kau mendadak autis dan menjadi binatang
Ini
tanah moyang kami
Sungguh
tak rela jika anak cucu kami seperti ini
Kami
buruh rakyat dari pribumi
Jangan
tunggu kebrutalan iblis yang menguasai raga kami
yang
beraksi
dan
ketika sosokmu tak lagi memandang
hanya
satu yang bisa kami lakukan
hancurkan
dan lawan
by: m dafi yusuf
08-03-2014(
jepara)
“gonjang ganjing hati”
Lelah terasa pikir ini
Letih suasana hati
Sepi menerka satu tahun ini
Seakan terasa terombang ambing
seperti kelana muda tanpa tiang penyangga
yang hilang diterpa asu asu yang berceceran
sulit bergerak tak ada cela
by: Dafi
“?”
Kadang pikir ini terasa
frustas
Tak ada respon dari
sebuah mimpi
Sakit yang ku pendam hanya aku
sendiri
Tulang kaki terasa rapuh
Tak ada jalan
Ku berdiskusi tak ada jawab
diantaranya
Tak hanya kaki aku
Tangan dan mataku jua tak
berkombinasi
Gini aku kehilangan
keseimbangan
Aku tak menyalahkan sapa
Dan mengapa aku begini
Ini adalah
sebuah lubang jalan
Keterbatasan ekonomi dan fisik
memang itulah sandungan
Mungkin mereka jua ingin tuk
menyembuhkan
Tapi inilah hidup terkadang
tak terwujudkan
Aku tak takut masa depanku
seperti apa sebelum mati
Aku tak takut di cela
karena lumpuh
Aku tak takut dicela karena miskin
Karna masa depan aku setelah
mati yang aku fikirkan
Biarlah Perih ini yang aku
rasa
Tak ada opsi lagi selain
berdo’a dan berusaha
Menunggu campur tanganmu tuhan
Masih banyak angan yang ingin
aku wujudkan
Jadi jangan lumpuhkan dan
miskinkan hambamu ini
“bagiku indah“
Satu nampak meratapi semua
jejak
Setelapak kaki tak terhapus
didalam semak
Hijau daun tak berduri tanpa
racun
Membuai nafas harum
suci tak bernoda kan nampak
Bila malam datang seperti kan
sucikan
Mengantarkan sebuah mimpi
angan tanpa batas
Menutup mata sejenak menunggu
pagi datang
Rajut semua mimpi dengan salam
dan seyuman
Mewujudkan semua mimpi yang
tercipta
Rendahkan rasa untuk yang
dituju
Rendahkan semua hati karna
inilah takdir
Mengalir seperti air merenggut
sebuah batu intan
Menatap keatas puing menggeser
sebuah bukit yang tepi
Merenggut semua semak sampah
didalam satu usaha kedepan
sebuah angan
Walau angin badai topan berlawanan
arah
Takkan berubah
Menuju sebuah impian terus
menepi kedepan hingga samapai sebrang lautan
Semakin besar angan semakin
besar pula rasa pahit asin yang bersebrangan
Menjereng mata tanpa kedip
memandang semua lawan
Asin pahit getah kan berubah
menjadi satu didalam putaran besar
menjadi tornado untuk menghantam
semua yang hitam pekat tanpa warna yang menentang
by : Dafi
“Diantara 2 lubang hidup”
Aku galau tentang hidup
ini tak ada nyali tuk bekata
Terasa kecil sepert kurcaci
Hudup terasa gelap tak ada
lampu putih bening
Tali demi tali rontok
takterganti
Kuning kelabu memadati awan
hujan turun di atas jidad kami
Tetes demi
tetes mengguyur roh yang koma
Deras membangunkan hati yang
merintih
Rasa tangis ini terasa semakin
deras
Tak ada bendungan tak ada
tambang yang memadu air tubuh ini
Jalan terasa terjal tak
bertepi
Hitam putih lubang menembus
dimensi
Yang sudah tak berarah
Terasa Jiwa ini tak mampu lagi
memilih opsi
Diantara dua lubang hidup
Yang selalu membebani
by : Dafi
"Aku iri melihat keluarga
itu"
Betapa indahnya jika aku
seprti itu
Terkadang rasa iri inipun
semakin terasa
Disa’at aku
melihat sekumpulan keluarga bersama”
Disini aku lewati lorong
kehidupan tanpa harmonis
Tanpa cinta
Terkadang semangat tuk hidup
ini meredup
Karana Tak ada tempat tuk
berbicara bersama
Tak ada perhatian dari
semua ini
Ketika aku jatuh aku hanya
bisa bankit sendiri
Takda satupun yang menemani
Hidup ini terasa slalu sendiri
Walaupun aku masih punya
keluarga
Sampaikapankah aku masih
seperti ini
Yang hanya mampu memandang
sebuah keharmonisan
Sebuah keluarga
Wajar kalau sa’at ini aku
masih sngat iri
Dan ingin memliki keluarga
yang seperti aku liat tadi
Aku masih menunggu semua ini
terjadi
by: Dafi
Beristirhatlah sangguru’
Di setiap derai2 nafasku
Kan ku ingat slalu
Senyuman manis penuh arti
Dengan setabung ilmu yang kau
berikan pada ku
Dan kini mungkin sudah
waktunya kau kepelukan tuhanu
kami disini hanya bisa
mengucap
Slamat tinggal guruku
Selamat menikmati kehidupan
baru
Dikehidupan taman surge
Air mata penuh cinta
Mengiringi senyuman menghadap
tuhanmu
Kami disini merinduhkan figure
indah sepertimu
Karna kau slalu merawat kami
Kau slalu mendidik kami
Dgn teladan yang indah
Beristurahatlah guruku
Senyaman pengantin baru
Kami disinipun berdo’a
Semoga tuhan slalu
memberkatimu
By :Dafi
COMMENTS