“pak guru broto buruh comberan ” Siang terik kian menyiksa dikawasan industri demak. Jalanan beton seakan di panggang sinar ma...
Siang terik kian menyiksa dikawasan industri demak. Jalanan beton seakan di panggang sinar matahari sampai timbulkan kubangan air fatamorgana tidak hanya itu. bau busuk dari limbah pabrik terasa menusuk paru-paruku. Pepohonan dan juga sungai yang berjejer di sisi jalan menampakan kepayahan hingga daunnya berevolusi menjadi coklat, Mengering terombang ambing mengikuti hembusan kendaraan yang kebetulan lewat di jalan itu. Rumput –rumput di sepanjang jalan seakan menjadi kering kuning seperti kotoran. Sungai sepanjang jalan berubah menjadi hijau gelap yang memunculkan bau yang tak sedap.
Meskipun
kemarau. Di Kawasan, langit tidak bewarna biru tetap saja hitam. Yang ada hanya
hitam dan juga putih. Awan putih yang menggayut itu adalah kabut polusi dengan
kadar polutan yang tinggi. Segala isi yang ada di kawasan bagai kue-kue yang
dikukus di panci, panas dan nglekep.
Aku usap wajah kumal coklat kusam ke kuning-kuningan yang dibanjiri keringat.
Bertambahlah warna selampai menjadi lebih kelam kusam dan terasa anyep di
tangan.bok panas tenan si cah!. Entah
kepada siapa aku marah,. Kurasakan langkah kakiku mulai goyah menanggung beban
tubuh yang sebenarnya lebih ringan ketimbang tadi pagi karena perut mulai
mengosong.
Kutahan
kerongkongan yang lama telah kering kulahap ni ludah untuk membasahinya sehingga rasa haus
terkurangi. Tetapi usahaku itu tidak berhasil, kerongkongan ini menginginkan es
campur soup aneka macam buah khas jawa tengah di seberang jalan yang tampak
bagai lambaian tangan bidadari yang mengajak. Bidadari? Lintasan imaji yang
menyejukkan. Tetapi aku tahu uang di kantong celanaku hanya ada tiga ribu. Ya
segitu-gitunya. Tentu kurang dua ribu rupiah untuk dapat mereguk bidadari itu.
Belum lagi uang untuk sekedar membeli makanan pengganjal perut, yang kini
tengah asyik berdendang-dendang keroncongan.
Lima
menit kemudian seseorang stengah baya duduk di sebelah aku karna kebetulan
waktu itu kursi yang di sebelahku memang kosong. “Mau kemana dek?”.
“Mau
ke jepara pak mudik.”.
“Oh”
jawab singkat orang tersebut. Lima puluh menit berlalu bayak percakapan yang
sangat berharga antara orang separuh baya dan aku.
Orang
tersebut berasal dari kota KUDUS dia sudah satu tahun bekerja di pabrik tekstil
di kota DEMAK. Tetapi di tahun ke dua dia memutuskan untuk keluar walaupun dia
dijanjikan gajinya akan naik. Dia merasa harga dirinya berontak sebagai manusia
ketika bekerja di situ. Dia bekerja tapi kotoran buih pekerjan itu di buang ke
sungai yang mengakibatkan sungai-sungai tercemar dan juga tumbuh-tumbuhan
disekelilinganya berubah menjadi kuning alias tandus. Jika aku meneruskan sama saja aku merebut hak untuk hidup warga
yang ada di sekeliling pabrik tersebut. Yang awalnya sungai sebagai kebutuhan
warga gini berubah menjadi peyakit tidak hanya warga sekitar tapi tanaman yang
ada di situpun juga ikut teracuni. “ jadi begitu dek”. Lebih baik aku balik
kekampung walaupun gaji sedikit tapi tidak medzolimi orang lain.
Keren
banget nih orang. Batinku.. Lha bapak di kudus
kerja apa? Biasa tani dek negri kita kan negeri agraris. bisa juga bapak gumamku. Iya tuh liat yang katanya negri
agraris kok malah airnya tidak sehatnya padahal air sangat penting dikawasan negri agraris, kalau sudah gini kita salahan siapa
dik?.emmh Salahkan rumput yang bergoyang aja pak haha. Iya tapi langittak
mendengar dek hahaha. Dan kita akhirnya menutup percakapan kita dengan luapa
tawa dari diskusi eh lebih tepatnya curhat tanpa solusi dari bapak tersebut.
Wah cepet banget sudah yampai trengguli yaa aku harus turun duluan ni pak. Owh
iya dik. Eh tadi nama bapak siapa ? Broto dek. Lha adik siapa? Yusuf. Yaudah
dek duluan ya. Iya pak hati-hati.
aku
bangga dengan bapak-bapak tersebut ceritanya tak akan aku lupakan. Dia tidak
hanya mementikan dirinya sebagai buruh pabrik. Tapi juga memikrkan apa akibat
yang dia lakukan. Itulah yang terungkap dan menusuk-nusuk batinku.
Teryata
apa yang di ucapkan pak broto tadi masih terbawa sampa dirumah. Aku toleh kanan
kiri teryata banyak banget sampah kawul
hasil limbah dari seroatan kayu yang memenuhi ruang kerja orang tuaku. Pak
biasanya sampah kawol kayak gini dibuang kemana to? Emm biasanya si dibuang ke
kali mas. Jawab salah satu kariyawan yang bekeja
disitu.
Nah
setelah itu aku berfikir bagaimana caranya agar aku bisa mengeksekusi sampah
tersebut menjadi ladang penghasilan dan tidak merusak alam sekitar. Sepertinya
aku harus mencari ayah ni siapa tau ayah mempunyai teman yang mau beli, tapi
aku harus nunngu sampai maghrib karna kata ibu ayah lagi beli kayu di kelet
daerah perbatasan JEPARA dengan PATI.
Setelah
lama menuggu adzan maghrib akhirnya berkumandang juga. Akupun bergegas ke
mushola aku pakai ni sepeda yang sudah lama banget enggak pernah aku pakai
kira- - kira satu tahunan, maklumlah
sepeda yang dulunya buat pergi sekolah kakakku. asem!! Raantainya malah patah, akupun muter-muter siapa tau ada
barang yang bisa buat yambungin rantai,tapi pada
akhinya memang aku harus jalan kaki karna yang ada hanya batu krikil dan
sepedaku, aku titipin ini sepedaku di rumah tetangga deket rumah pak RT, memang
ada saatnya ketika masalah berubah menjadi berkah, ketika aku jalan kaki menuju
masjid aku melihat salah satu temen kecilku, aku panggil dirinya dan akhirnya
kita berjalan bareng menuju mushola. Kita sebenarnya pernah berhubungan dengan
dia, ya bisa disebut semacam pacaran haahaha jadi geli sendiri ni kalo inget.
Sedikit terlintas di fikiranku “ cinta lama bersemi kembali nih”, tapi teryata salah
setalah kita berpisah selama dua tahun teryata dia sudah mempunyai pacar
olalala. “hancur hatiku melihat dikau menjadi bekeping-keping by: ahmad dhani. itulahlah lagu yang aku nyanyikan saat aku
pulang kerumah.
Hemm
akhirnya tiba dirumah juga. Assalamualaikum, waalaikumsallam ni yus katanya
tadi kamu cari ayah. Mana? tuh di depan TV, sini
yus ayah kerokin. Aduh !, jawabku singkat. Bukannya apa-apa sih tapi aku
sebenarnya lelah banget yah.” Ocehku dalam hati. Tapi gak apa-apa deh sekalian
aku diskusiin tentang limbah tadi siang. Aku olesin ni balsem pertama di
punggung ayah. “Jangan banyak-banyak lho yus balsemnya’. Iya yah jawabku
singkat”. Eh yah biasanya limbah kawol itu biasanya di buang kemana si? Lha
emang ada apa yus ? kalo dijualkan lumanyan. Em biasanya si dibuang di sungai,
tapi sebenarya ayah punya temen yang mau beli barang kayak gitu. lha napa kok
gak dijual aja si yah, kalau dijual kan lumanyan, kalau ayah nerus-nerusin
buang sampah disungai kalau sungainya banjir bearti itu salah ayah lho
hayo-hayo. Lho-lho kok bisa. Iya kan yang ngotor-ngotorin sungai kan ayah, berarti biang keladinyakan ayah
hehehe. Bukan ayah aja og orang tidak bisa semua kesalahan dilimpahkan ke ayah
dasar kau su’ul adab. Bukannya su’ul
adab tapi ngingetin yah. Iya-iya besok ayah tanyain ketemen ayah biar ayah
enggak kamu pojokan trus. yang penting kamu kelari ni kerokin puggung ayah. Siap
bos.
Setelah lima hari kemudian akhirnya temen ayah sudah
menyetujui untuk membeli kawol yang
ada di mebel ayahku dan temen-temen mebel ayah juga menjual kawolnya itu
keteman ayah tadi. Jadinya eggak ada lagi yang membuag sampah di sungai. Ini
dikarenakan curhatan pak broto
kemarin. walaupun pertmuan kita singkat tapi cerita yang disampaikan sungguh
manfaat walaupun buruh tetapi juga memikirkan masyarakat.
by:
M dafi yusuf
09-
april 2012(semarang)
.
.
COMMENTS